Wednesday, October 24, 2012

Sikat Coklat

Dimana penjual sikat coklat?

Lima menit, sejak aku menginjakkan kakiku di pasar ini pertanyaan ity menggantung di kepalaku. Dan belum aku temukan jawabannya.

Kalau bukan karena dia yang memintaku membelikan sikat coklat,aku tidak berada di pasar sekarang ini. Tadi pagi, dia menelponku dan berpesan untuk membelikan sikat coklat dalam perjalanan pulangku.

Bukan sembarang sikat coklat, tapi sikat coklat dengan logo nelayan yang sedang mengayuh perahunya dan harus dibeli di pasar. Jangan tanya kenapa untuk urusan sikat saja bisa sedetail dan sepanjang itu keharusannya.

Aku kembali memutar pandangan mataku. Berusaha mencari penampakan sikat coklat diantara para penjual sayuran yang membanjir hingga ke tengah jalan. Sepertinya, aku menemukannya. Segera aku mendekati penjual kelontong yang kebetulan memajanh sikat coklat. Semoga benar ini sikat coklat yang dipesankan istriku.

Setelah memeriksa dan memastikan bahwa sikat itu sesuai dengan pesananku, aku bertanya harganya kepada penjual yang ternyata seorang wanita.

"ini berapa mba?" aku menunjukkan sikat coklat itu.

"satu sepuluh ribu, ambil dua limabelas ribu." wanita itu menjawab singkat dan terus memperhatikan lenganku.

"ambil dua mba," aku mengeluarkan dua lembar  uang untuk membayar belanjaanku.

"ini pak," dia memberikan sebuah plastik hitam kepadaku.

Aku segera mengambil plastik itu, "makasih ya."

"Eh, pak!" wanita itu memanggilku, "lengannya bapak luka?"

Luka? Segera aku memeriksa lenganku dan ternyata memang ada noda merah kehitaman disana.

"Enggak, ini cuma kotor. Makasih," dan aku bergegas meninggalkan penjual itu sebelum dia semakin penasaran.

Ceroboh! Aku harus lebih teliti memeriksa pakaianku setelah melakukan hobiku. Jangan sampai dia menemukan noda darah dan berlanjut dengan penasaran.

Aku membersihkan kemejaku sambil tersenyum mengingat rumpun mawar baru di villaku.

No comments:

Post a Comment