Aku bukan pembenci perpisahan, untukku perpisahanku cuma sekedar pengembali jarak yang dulu mungkin pernah ada sebelum kita saling bertukar halo. Tidak lebih. Lagi pula bukankah perpisahan hanya terjadi karena kita tidak lagi sesuai dan tidak mampu berkompromi dengannya? Penanda hidupku mungkin terlalu absurd untuk diarungi oleh mereka yang mengucapkan perpisahan.
Tapi bukan berarti aku gampang menghadapi perpisahan. Aku selalu lebih suka untuk membiarkan perpisahan itu terjadi tanpa ada kalimat yang menegaskan perpisahan. Toh, kita tidak bisa berkompromi agar tetap bersama lalu kenapa harus ditambah dengan penegasan
Dan aku tidak pernah suka pada pertemuan. Perpisahan mungkin jelas hadirnya dan aku mempunyai waktu untuk mempersiapkan diriku menghadapinya, tapi pertemuan selalu datang tiba-tiba. Aku tidak pernah punya cukup waktu untuk menyiapkan diri.
Pertemuan selalu datang mendadak, tidak peduli apakah aku sudah siap untuk memulai sebuah halo dan melupakan perpisahan yang mungkin baru saja terjadi.
Pertemuan juga selalu berakhir dengan aku yang terpaksa membuka diri, berkompromi dengan orang baru yang terus menggedor dan sangat tertarik untuk menggali kepingan masa laluku.
Sayangnya, hidup selalu terdiri dari dua sisi yang berlawanan dan saling melengkapi. Pertemuan-Perpisahan, Hello-Goodbye. Kita hanya bisa berkompromi dengan itu, bukan?
No comments:
Post a Comment