Tempat untuk pulang.
Tidak. Dy tidak sedang membicarakan rumah dalam artian bangunan.
Entah sejak kapan kalimat "aku ingin menjadi rumah untukmu, tempat kamu pulang ketika lelah" menjadi terkenal dan banyak digunakan oleh pasangan yang sedang kasmaran. Entah ketika sedang meresmikan hubungan (nembak) atau ketika melamar seseorang untuk menjadikannya pasangan seumur hidup. Dan tentu saja, sama seperti yang lain Dy pernah terjangkit "virus" ini.
Ya. Dy pernah ingin menjadi rumah, sebuah tempat untuk seseorang kembali ketika lelah.
Tapi itu dulu.
Sekarang tidak lagi.
Sekarang, Dy tidak ingin menjadi rumah atau tempat untuk pulang atau apa pun sebutannya. Tapi Dy ingin menjadi teman perjalanan yang menemaninya menjalani kehidupan. Saling menguatkan di saat lelah, berbagi tawa saat kebahagian menyapa dan mengusap air matanya saat kesedihan datang.
Dy ingin merasakan semua bersama dengannya.
Menjadi rumah hanya sekedar menjadi tempatnya beristirahat dan mendengar tentang yang dialaminya di luar sana, sendirian. Tapi menjadi teman perjalanan berarti merasakan smeuanya berdua.
Salahkah?
Mungkin tidak terdengar romantis. Tapi bukankah setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk menafsirkan keromantisan? Dan untukku Dy, romantis berarti selalu berada disamping orang yang Dy cintai di saat apa pun. Merasakan hempasan yang sama, menikmati angin yang sama.
Untuk seseorang yang ditakdirkanNya untuk Dy, nanti, tolong, jangan pernah meminta Dy untuk menjadi tempat untuk pulang tapi minta Dy untuk menjadi teman perjalanan.
Jangan pernah bertanya "Maukah kamu menjadi tempatku pulang?" karena dengan yakin Dy akan menjawab "Tidak"
Tapi, silakan bertanya "Maukah kamu menjadi tempan perjalanan hidupku?" yakinlah, Dy akan menjawab "Iya" dengan binar kebahagiaan yang tidak mungkin Dy sembunyikan.
Tidak. Dy tidak sedang membicarakan rumah dalam artian bangunan.
Entah sejak kapan kalimat "aku ingin menjadi rumah untukmu, tempat kamu pulang ketika lelah" menjadi terkenal dan banyak digunakan oleh pasangan yang sedang kasmaran. Entah ketika sedang meresmikan hubungan (nembak) atau ketika melamar seseorang untuk menjadikannya pasangan seumur hidup. Dan tentu saja, sama seperti yang lain Dy pernah terjangkit "virus" ini.
Ya. Dy pernah ingin menjadi rumah, sebuah tempat untuk seseorang kembali ketika lelah.
Tapi itu dulu.
Sekarang tidak lagi.
Sekarang, Dy tidak ingin menjadi rumah atau tempat untuk pulang atau apa pun sebutannya. Tapi Dy ingin menjadi teman perjalanan yang menemaninya menjalani kehidupan. Saling menguatkan di saat lelah, berbagi tawa saat kebahagian menyapa dan mengusap air matanya saat kesedihan datang.
Dy ingin merasakan semua bersama dengannya.
Menjadi rumah hanya sekedar menjadi tempatnya beristirahat dan mendengar tentang yang dialaminya di luar sana, sendirian. Tapi menjadi teman perjalanan berarti merasakan smeuanya berdua.
Salahkah?
Mungkin tidak terdengar romantis. Tapi bukankah setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk menafsirkan keromantisan? Dan untukku Dy, romantis berarti selalu berada disamping orang yang Dy cintai di saat apa pun. Merasakan hempasan yang sama, menikmati angin yang sama.
Untuk seseorang yang ditakdirkanNya untuk Dy, nanti, tolong, jangan pernah meminta Dy untuk menjadi tempat untuk pulang tapi minta Dy untuk menjadi teman perjalanan.
Jangan pernah bertanya "Maukah kamu menjadi tempatku pulang?" karena dengan yakin Dy akan menjawab "Tidak"
Tapi, silakan bertanya "Maukah kamu menjadi tempan perjalanan hidupku?" yakinlah, Dy akan menjawab "Iya" dengan binar kebahagiaan yang tidak mungkin Dy sembunyikan.
No comments:
Post a Comment