Angin bertiup pelan, menyapu dedaunan kering, meenggoyangkan rerumputan dan memberika. Kesegaran bagi pengunjung taman kota di Minggu pagi ini.
Aku tersenyum melihat Si Kecil berlari ditarik oleh anjing kecil peliharaannya. Dia memberikan anak anjing sebagai kado ulang tahun Si Kecil yang ketiga dan sejak itu Si Kecil tak penah lepas dari anjing itu. Aku menjuluki mereka Mickey dan Pluto.
Taman kota, terasa berbeda dengan taman kota dalam ingatanku. Dulu, ketika aku masih kecil aku sering bermain di taman.kota ini, dekat dari rumah dan ada lapangan luas. Tapi alasan utamaku bukan itu, tukang cukur yang dibawah pohon beringin tua dengan sebuah papan bertuliskan "Tukang Cukur Idola". Dia alasan utama kenapa aku sering nenghabiskan waktu di taman kota.
Aku paling suka melihat dia bekerja. Dengan gunting ditangan merapikan rambut pelanggan,sangat cekatan. Terkadang mataku tidak mampu mengikuti gerakan jemarinya. Dengan pisau lipat khusus yang terasah tajam, dia akan mencukur jambang,jenggot dan kumis pelanggan. Sesuai permintaan! Keren sekali bukan?
Tapi yang paling kusuka adalah ketika dia salah dan tanpa sengaja melukai kulit pelanggannya. Amis, merah, aku menyukainya. Sering aku berharap agar dia melukai kulit pelanggan. Tapi itu jarang terjadi, namanya juga tukang cukur idola, pasti ahli. Dan itu menyebalkan!
Kemana tukang cukur itu sekarang? Aku harus berterima kasih padanya. Karena dia aku tahu indahnya darah hingga aku mencandunya. Tapi itu sebelum aku tahu kalau derak samar tulang leher yang patah jauh lebih indah.
"Papa!" Si kecil melambaikan tangannya memanggilku.
Saatnya menyimpan kenangan, ada si kecil yang harus aku temani.
Tukang cukur idola, selamanya dia idolaku. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment