Tuesday, January 15, 2013

Orang Ketiga Pertama

Orang ketiga, siapapun pasti tidak menginginkan adany aorang ketiga dalam satu hubungan. Terlebih dan terutama dalam hubungan percintaan. Aku sama seperti mereka, tidak pernah menginginkan ada orang ketiga dalam hubunganku dengan si kacamata kesayanganku. 

Rasanya orang ketiga hanya akan merusak kebahagiaan yang kami rasakan. Orang ketiga pasti hanya akan mengurangi kemesraan kami, membuat terpaksa berbagi cinta dan yang paling penting siapa yang ingin berbagi hati dengan orang lain? Bukankah satu hati hanya bisa menampung satu hati yang lain? Tidak ada ruang yang tersisa untuk hati yang lain. 

Anehnya semua prinsipku berubah ketika dia hadir dalam hubungan kami. Awalnya aku bahkan tidak menyadari kehadirannya. Ya, mungkin aku tidak sesensitif para wanita lain. Aku bahkan baru menyadari kehadirannya ketika lima bulan sudah berlalu sejak dia menyelinap diantara aku dan si kacamata. 

Terkejut? Tentu saja karena aku tidak pernah menduga kehadiran orang ketiga dalam hubungan kami. Apa lagi secepat ini, rasanya baru beberapa bulan kami menikah. Baru beberapa bulan si kacamata itu mengucapkan janji setia di depan Ayahku! Aku belum siap berbagi si kacamata dengan siapa pun. 

Tetapi perlahan, aku mulai bisa menerima hadirnya dia. Bukan hal yang mudah tapi entah kenapa rasa takut yang tebal menggantung dalam hatiku mulai menipis. Mungkin karena si kacamata yang tidak berhenti memberikan penjelasan dan karena aku tahu cinta si kacamata tidak berkurang. Malah sebaliknya, cinta si kacamataku padanya semakin bertambah. 

Ah, si kacamata bahkan sering menggodaku dengan mengatakan kalau dia adalah orang ketiga pertama, nanti pasti ada orang ketiga kedua dan orang ketiga ketiga, bahkan kalau aku mau orang ketiga keempat. Si kacamata memang selalu bisa membuatku tertawa. 

"Hey, orang ketiga pertama, selamat tidur nyenyak," aku mengusap perutku pelan setelah si kacamata mencium perutku lembut. 

"Selamat tidur, sayang." Si kacamata mencium keningku mesra, "selama malam calon ibu anakku."

Dan aku tertidur dengan senyuman yang terulas sempurna. 



No comments:

Post a Comment