“Hidup aku flat,
datar,” kamu mengaduk sumiyaki roast-mu
dengan tidak sabar sebelum menyesapnya pelan.
“Kenapa?” Aku bertanya
ringan sambil menambahkan kayu manis di cappuchino racikanku, kami sudah
melakukan pembicaraan ini berulang kali.
“Gini-gini aja, kayak espresso yang tiap hari aku minum.
Secinta apa pun aku sama espresso tetap
aja rasanya gitu-gitu aja.” Kamu kembali menyesap kopimu.
“Mungkin kamu cuma
perlu menambah sesuatu yang baru dalam hidupmu,” aku menghirup aroma manis
berempah dari cappuchinoku.
“Hidup aku udah kaya
cappuchino kesukaanmu, kaya rasa! Espresso,
steamed milk dan milk foam, komplit!
Kalau aku tambah lagi yang ada rasanya jadi ga jelas.” Kamu menjilat bibirmu,
“lagian aku harus nambahin apa? Keluargaku sempurna, pekerjaan dan hobi
sejalan, apa?”
Aku tidak bisa menahan senyumku, kamu gadis yang
sempurna tapi bingung harus melakukan apa agar bahagia, “aku kasih tahu satu
rahasia kecil, secangkir cappuchino baru sempurna dengan kayu manis. Itu yang
kamu butuhkan.”
“Kayu manis?” Mata bulatmu melebar penuh tanya.
“Iya, sesuatu yang manis, berempah dan menggoda,”
aku menyesap cappuchinoku.
“Dan itu berarti aku harus menambahkan apa?” Kamu
bertanya polos.
Aku melihatnya dalam, “aku.”
“Kamu?” Kamu bertanya dari balik cangkir kopimu.
“Aku mau menyempurnakan “cappuhino”-mu, Bella.” Aku
tersenyum menunjukkan cincin sederhana di dalam botol kayu manisku. ***
No comments:
Post a Comment