Tuesday, April 16, 2013

Dia yang Serupa Mint


“Aku mau bikin mojito, kamu mau?” Aku berjalan menuju kulkas dan langsung mencari bahan-bahan yang aku butuhkan untuk membuat minuman kesukaanku itu.

“Aku kira kamu bakalan membenci mint setelah ...,” kamu terlihat ragu untuk meneruskan kalimatmu.

"Membenci mint? Aku bahkan semakin menyukai aroma mint," aku mengeluarkan bahan-bahan untuk meracik mojito, termasuk daun mint segar yang selalu ada di kulkaskus karena aroma mint mengingatkanku pada dia. 

"Jadi kamu sudah bisa menerima kenyataan?" Kamu meletakkan majalahmu dan menyusulku ke pantry dalam diam kamu memperhatikanku yang sedang mengiris lemon. 

"Kenyataan apa?" Aku mengambil gelas dari lemariku dan mulai mencampurkan daun mint dengan irisan lemon sebelum menumbuknya pelan. Seketika apartemenku dipenuhi aroma mint dan lemon yang menyegarkan. 

Aku menarik napas sepanjang yang aku bisa, memenuhi paru-paruku dengan aroma mint dan perlahan sosok dia yang aku rindukan menjelma sempurna dalam ruang ingatku. Dia yang aroma tubuhnya serupa dengan mint, menyegarkan sekaligus manis. Dia yang senyumnya seperti mint yang mampu mendinginkan hati siapa pun yang melihatnya, bahkan aku pernah mencicipi ciumannya yang menyelipkan rasa mint yang menggoda dan membuatku ketagihan. 

Ah, lagi-lagi hanya degan aroma samar mint aku kembali membongkar ingatan tentangnya. Tapi memang ingatannya terlalu gampang untuk dikenang. Manis, menyegarkan dan mendinginkan seperti mint. 

"Aku merindukannya," aku menambahkan gula, es dan club soda ke dalam gelasku, mojito-ku terlihat menggoda, "apa menurutmu aku bisa bertemi dengannya lagi?"

Kamu menatapku dengan campuran perasaan lelah dan sedih, ya, kita sudah melakukan pembicaraan ini berpuluh kali, "kamu ga mungkin ketemu dia lagi, dia udah ga ada. Dia udah meninggal!"

"Aku tahu," aku tersenyum tipis sambil menyesap mojito-ku, "tapi bukan berarti aku ga boleh berharap kan?" ***




No comments:

Post a Comment