"Terbang!" Gadis itu berteriak sambil merentangkan tangannya.
Diam-diam aku tersenyum melihat tingkahnya. Dia memang selalu berhasil menghadirkan senyuman di wajahku. Tingkahnya, ekspresinya bahkan geraman kesalnya. Seluruh yang ada pada dirinya.
"Makasih! Lagi-lagi kamu berhasil bikin impianku jadi nyata," dia memeluk lenganku erat.
Kali ini bukan hanya senyuman yang hadir di wajahku, jantungku ikut berdetak lebih kencang. Gadis ini semacam ekstasi untukku.
"Ngelihat senja dari balon udara," dia masih memeluk lenganku, "Impian terliarku. Aku enggak pernah menyangka kalau bakalan terwujud. Makasih."
Aku menganggukkan kepala lalu menatap matahari yang hilang tertelan laut. Sebentar lagi. Hanya tersisa sedikit waktuku dengannya. Jangan tanya bagaimana aku tahu, aku tahu begitu saja.
"Makasih," ujarnya lirih dan pelukannya pada lenganku tidak lagi sekuat tadi, "Aku senang. Bisa kamu lepas aku sekarang?"
Pelan dan setengah terpaksa aku mengangguk. Ingin atau pun tidak, aku memang sudah berjanji untuk membiarkannya pergi setelah mewujudkan seluruh impiannya. Tanpa perlu diucapkan, aku tahu kalau dia lelah. Sangat lelah.
Pelan dia mencium pipiku lalu menyandarkan kepalanya di bahuku.
"Apa kamu akan merindukanku?" Lirih.
Dan aku terdiam.
No comments:
Post a Comment