Friday, March 6, 2015

Mengaku Padanya, Sahabatku

"Aku jatuh cinta."

Butuh tujuh hari untukku berani bercerita kepada dia, sahabatku, seseorang yang paling sering menemaniku menghabiskan waktu di cafe ini.

Sejujurnya ada sedikit perasaan ragu juga takut untuk bercerita. Aku takut melihat reaksinya. Dia bukan tipikal wanita kebanyakan. Dia berbeda. Reaksinya sering kali tidak terduga.

"Kamu... apa?" Dia berhenti menikmati cheesecake dan menatapku dengan tajam.

"Aku jatuh cinta," terpaksa aku mengulanginya. Dan perasaanku semakin tidak nyaman.

"Kamu," dia menjilat bibir, "Kamu jatuh cinta."

Aku mengangguk dengan yakin walau ada perasaan aneh karena reaksinya yang biasa saja. Seakan aku hanya sekedar mengabari  kemacetan yang sudah menjadi hal lumrah di kota ini. 

"Sama siapa?" Tanpa sadar dia memainkan sendok pada piringnya. 

"Cewek," aku menjawab singkat. Ini pertanyaan yang paling aku hindari.

"Please," dia menyesap kopinya, "Aku tahu orientasi seksualmu. Enggak perlu dijelasin apa lagi ditegasin."

Giliranku menatapnya tajam. See, seperti yang aku bilang dia bukan tipikal wanita kebanyakan. Tapi cuma kepadanya aku bisa bebas bercerita tanpa harus menjaga image atau mempedulikan kedudukan sosialku. Di hadapannya aku hanya sekadar aku.Tanpa embel-embel. Selain itu, walau jalan pikirannya absurd dan berbeda, hanya dia yang mampu memahamiku. 

"Aku enggak tahu nama cewek itu," akhirnya aku memilih untuk jujur. Percuma berbohong  kepadanya. Dia mampu mengendus setiap ketidakjujuran.

"Kamu enggak kenal," dia menatapku dari balik cangkirnya, "Dan kamu udah berani ngomong kalau kamu jatuh cinta?"

"Sher," aku menghabiskan apple cinnamon tea-ku, "Jangan mulai nge-judge. Aku tahu apa yang aku rasain. Let's say ini cinta pada pandangan pertama."

"Another bullshit I heard tonight. Love at the first sight? Are you kidding me, Bram? Sejak kapan kamu percaya sama hal absurd kayak gitu?"

"Sejak aku ketemu sama dia."

"Oh. Terus kemana semua teorimua kalau cinta itu muncul karena faktor terbiasa?"

"Teori sama praktek bisa aja beda, kan, Sher? Nyatanya itu yang aku rasain."

"Another bullshit?" Dia dan kesinisannya.

"Susah, ya? Aku jatuh cinta Sher, itu aja. Titik. Apa sulitnya kamu nerima itu?"

Dia menarik napas panjang, "Oke. Bisa aku dengar cerita lengkapnya?"

Apa yang harus ceritakan?

"Seminggu yang lalu di cafe yang di sudut jalan dekat kantorku ..."

"Bukannya kamu enggak suka ya ke cafe itu? Katamu pelayannya enggak ramah, kopinya enggak enak terus ..."

"Terpaksa. Hujan dan waktu itu kebetulan bawa motor."

"Mobil kamu ke mana?"

"Di bengkel. Servis. Ini mau dilanjutin?" Aku sedikit kesal karena dia berulang kali memotong kalimatku.

"Sori. Silakan."

"Di cafe aku enggak sengaja ngelihat dia. Dia duduk di pojokan dengan novel tebal. Kayak asyik di dunia sendiri, terisolasi dari sekelilingnya."

"Terus kamu enggak sadar kalau kamu merhatiin dia?"

"Iya! Dan cuma butuh tiga kedipan matanya aku sadar kalau aku jatuh cinta sama dia."

"Gitu aja?"

"Iya. Gitu aja!"

"Kamu sadar enggak, sih," dia memotong cheesecake yang dianggurkannya selama aku bercerita, "Kalau itu tu mirip cara kita kenalan? Bedanya, kamu enggak jatuh cinta sama aku tapi cuma sekadar penasaran."

Lidahku kelu. Ingatanku melompat ke masa beberapa tahun yang lalu.

Dia benar.

Tapi ada kesalahan kecil di sana. Ketika itu dia berhasil mencuri hatiku tanpa disadarinya. Bahkan mungkin sampai saat ini. Sampai sesaat sebelum aku bertemu gadis itu.

"Pertanyaanku, kamu berani kenalan sama dia enggak?"

Dan aku mengangkat bahuku, "Enggak tahu, menurutmu?" 

Dia tersenyum. Senyum pertamanya malam ini, "kenalan, gih, aku pengin tahu kamu bisa segila apa karena cinta." 

Seandainya dia tahu kalau aku pernah menjadi begitu gila karena rasa cintaku kepadanya. 




13 comments:

  1. Suka banget Kak Dy sama ceritanya.
    Lanjutin Kak hehe

    ReplyDelete
  2. Makasih udah menyempatkan baca^^
    Doain aku konsisten yaa~

    ReplyDelete
  3. Kak, kakak maunya saya blg apa? Bagus? Suka? Itu udh biasa tiap saya kasih komentar ke tulisan kakak. Ada yg lebih dr itu? *sempat2nya sok puitis
    Aaakkk! *speechless
    Saya penasaran sama kelanjutannya smpe nerka2 jalan ceritanya 😂

    ReplyDelete
  4. Keren kak.. hoho, aku penasaran sama si cewek dengan novel tebal yang punya bulu mata lentik itu. Btw dia bakalan muncul lagi gak? Hehehe...

    ReplyDelete
  5. masa sih? *blushing*
    Muncul, dong! Coba cek episode terbaru ;)

    ReplyDelete
  6. aa bagus kak. bikin penasaran gt tiap ending nya. >< lanjutkan kak....!

    ReplyDelete
  7. Kak Sher orangnya mungkin tomboy ya?? abisnya dari kata katanya kaya tomboy gitu *muka sok tau pede tingkat abezz

    ReplyDelete
  8. ka dy, aku selalu suka dengan bahasa-bahasa puitis kakak. good luck terus berkarya ♥

    ReplyDelete