Wednesday, March 25, 2015

Sahabat Membunuh Malam

"Tumben," Sher mengalihkan pandangannya ke arahku, "Biasa enggak pernah nongol jam segini. Besok enggak kerja?"

Tidak ada yang berubah dengan Sher. Masih dengan kaos dan jeans ditemani kopi kesukaannya di sudut kesukaan kami. Tidak ada kesan anggun dan nona muda seperti yang diperlihatkannya ketika aku tidak sengaja mengunjungi pameran fotonya. Dia tetap Sher sahabatku membunuh malam. 

"Kerja,"aku menjawab setelah waitress yang mengantar pesananku pergi, "Nungguin Mikha."

Keningnya berkerut tapi tidak ada pertanyaan yang meluar dari mulutnya. Ada perjanjian tidak tertulis di antara kami. Tidak pernah bertanya kehidupan pribadi kecuali salah satu dari kami memang ingin bercerita.

"Mikha lagi clubbing. Biasanya dia mabuk sampai enggak bisa nyetir sendiri."

"Oh," hanya itu. Tidak ada komentar lain yang keluar dari bibirnya.

"Cuma itu?" Sejujurnya aku penasaran dengan komentarnya.

"Kamu masih enggak minum, Bram? Daripada bengong nungguin Mikha lebih gampang kalau kamu clubbing juga, kan?"

"Clubbing? Enggak tertarik. Bukannya rileks malah stress."

"Masih enggak minum?"

"Enggak. Emang enak, Sher?"

Sher mengangkat bahunya, "Kopi? Kopi, sih, enak."

"Alkohol maksudku."

"Kamu beneran enggak pernah nyicip alkohol? Apapun?"

"Beneran," aku menjawab singkat sambil mempersiapkan diri dia menertawakanku.

"Sama," Sher menjawab dengan datar.

"Kamu juga enggak pernah? Kirain.."

Dia tertawa, "Sorry, iseng soalnya muka kamu berantakan banget. Terakhir kamu berantakan kayak gini waktu putus sama mbak model yang dulu itu. Kamu putus sama Mikha?"

"Putus? Enggak, but I think there something wrong with my relationship."

Dia masih diam. Hampir tanpa reaksi kecuali sorot matanya yang menjadi penuh tanda tanya.

"Kadang-kadang aku ngerasa kalau dia bukan Mikha yang aku kenal. Dia jadi...beda. dan konyolnya, aku kebawa sama dia."

Sher kembali mengernyit bingung.

"Belakangan kita sering berantem dan tiap kali kita berantem dia..." aku menggaruk kepalaku. Bagaimana menceritakannya kepada Sher?

"I'm not good with love and relationship," dia tersenyum canggung, "Mungkin aku bukan orang yang tepat buat kamu curhat. Tapi saranku, coba ingat kenapa dulu kamu jatuh suka sama dia, deh."

Aku terdiam.

Alasan aku jatuh suka pada Mikha? Selain mata bulat yang dibingkai bulu mata lentik, aku jatuh suka karena dia serupa Sher. Rapuh sekaligus kuat. Seperti kembang api di musim dingin. Cantik tapi dingin.

Selain itu? Entahlah. Di awal aku mengenalnya sosok Mikha selalu bertumpuk dengan bayangan Sher. Pecinta buku, sorot mata dengan kesendirian pekat, dan aura dingin seakan mengusir siapa pun yang ingin mendekatinya.

Mungkinkah karena aku melihat sosok Sher pada Mikha?

"Biasa dia selesai jam berapa?" Entah kenapa Sher tiba-tiba Sher menanyakan hal ini.

"Jam 2, jam 3, enggak tentu juga. Kapan dia nelepon aja."

"Kamu enggak ngerasa kayak supir taksi?" Dia bertanya sambil melirik ke arahku.

Aku tertawa, "Salah satu tugas pacar."

"Pacar apa supir yang baik?" Sher sepertinya masih belum puas menggodaku.

Tawaku semakin besar, "Kamu kenapa malam ini? Tumben banget godain aku kayak gini."

Dia tersenyum, "Senang aja. Udah lama enggak ngopi bareng kamu."

"Kita makin jarang nongkrong bareng, ya? Sorry."

"Enggak apa. Besok aku juga mau nge-trip lagi, kok."

"Kemana?" Mendengar dia akan traveling ada perasaan aneh yang menyelinap. Semacam perasaan tidak senang karena akan ditinggal pergi.

"Belitung terus lanjut ke Anambas," dia menyesap kopinya, "Terus mau keliling Vietnam sama Laos."

"Berapa lama?"

"Hm, paling satu atau dua bulan."

"Lama banget?" Aku tidak bisa menahan nada terkejut dalam suaraku.

"Namanya juga keliling, Bram," Sher menjawab dengan tennag, "Biasa, kan, aku pergi satu atau dua bulan? Jangan kayak anak kecil yang ditinggal ibunya, deh. Lagian sekarang ada Mikha yang nemenin kamu, kan?"

Tanpa sadar aku menarik napas panjang ketika mendengar Sher menyebutkan nama Mikha.

Mikha. My fallen angel. 

Is she?



7 comments:

  1. Huraaaay. Pertamax! :D
    Typo lagi kakakkk..
    ..."Sher menjawab dengan tennag"...

    Duh, kayaknya aku juga sama deh kayak Bram. Suka galau mau pilih mana :p *apabangetdeh*

    Keep writing kak! :*
    *ketjupmesrah* :)) lol

    ReplyDelete
    Replies
    1. Typonya aku beresin nanti ya :)
      Makasih udah teliti banget bacanya :)

      Galau adalah bagian dari hidup.

      Yeay!

      Delete
  2. Tentang typo sih udh disampein duluan tuh, kak..
    Buat Bram, yakin masih mau jalanin hubungan yg menurut kamu ada kesalahan di dalamnya? Gak tegas amat sih jadi cowok, mau2nya dijadiin supir pribadi 24jam. Poor Bram -__-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Abisnya dia mau2nya dibangunin tengah malam klo gak emang sengaja nunggu sampe tengah malam demi jemput seorang Mikha -_-

      Delete
  3. Ka sher!!! Kenapa ditinggalin ka bram nya??? Huaaa.. Ajakin dong ka sher, ka bramnya ama akunya*numpang
    Ka mikha-_- jgn kaya gitu ama mereka berdua, terutama ka bram
    Oh iya, atu lagi, ka sher jgn lp bw oleh oleh buat aku *kekeke

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi ada yang harus dicari oleh seorang Sher.
      Perjalanan yang harus dilakukan seorang diri :p

      Delete