"Kpaaak!"
Untuk ketujuh kalinya bangau putih yang ada di depanku mengepakkan sayapnya. Tidak terbang, hanya mengepakkan sayapnya semata. Tak ingin atau mungkin memang tak bisa untuk terbang, terpaksa hidup di sepetak bagian kebun binatang kota.
Bangau putih. Cantik tapi entah kenapa ada kesedihan yang aku rasakan setiap kali melihat bangau terutama bangau di kebun binatang kota. Seperti sekarang ketika aku mengunjungi kebun binatang kota.
Mungkinkah dia bersedih karena tidak bisa terbang dengan bebas seperti bangau putih liar? Ataukah mungkin dia bersedih karena patah hati? Entahlah. Yang pasti aku merasa bahagia, setidaknya aku memiliki teman untuk menyesap kesedihan. Aku tidak seorang diri bergelung dengan kesedihan.
Aku mengedarkan pandanganku, mencari si Kecil, aku tidak ingin kehilangan sosoknya atau aku akan dimarahi dia.
Semenit, sebelum aku sadar Si Kecil sudah pergi. Aku lupa alasanku ke kebun binatang kota hari ini karena berada rumah terlalu menyesakkan. Melihat dia dan seluruh keluarga menangis bersedih karena kehilangan si kecil. Bersedih menyalahkan diri kenapa tidak menjaga si kecil dengan lebih perhatian. Seandainya yang terus terlantun tanpa ada jeda, seandainya sore itu tidak meninggalkan si kecil seorang diri di kolam renang belakang, seandainya, seandainya dan seandainya.
Sesuangguhnya tidak ada seorangpun yang tahu kejadian yang sesungguhnya. Kecuali aku.
Aku membunuhnya, minggu lalu.
Dan hingga kini, derak itu masih terngiang indah mengisi telingaku.
Aku monster.
No comments:
Post a Comment