Gerimis kembali mengisi jeda bumi dan langit menemaniku yang terbangun, gelisah karena si kecil yang sedang tidak enak badan. Aku memilih untuk duduk di sofa di kamar si kecil. Menemaninya,sekalian menikmati gerimis.
Kaca jendela mulai berembun, pelan mengingatkanku pada satu kenangan masa lalu. Kenangan yang tidak akan pernah mampu kulupakan dan sebenarnya tidak ingin untuk kulupakan.
Kenangan pertama kalinya aku merasakan tulang leher kecil dan menikmati suara derak samar yang tulang yang patah diiringi teriakan lirih tertahan. Saat itu, dini hari menjelang pagi hari kamis dan seperti hari ini gerimis pelan membasahi bumi. Seperti sekarang ini. Ah, hujan memang selalu berhasil menghadirkan kenangan.
"Stthhh!!!" tergesa aku mendiamkan si kecil yang mendadak terbangun dan merengek, badannya sedikit hangat.
Aku menggedong dan menimangnya, berusaha menidurkannya kembali. Kasihan jika dia terbangun, dia sudah kelelahan mengurus si kecil sepanjang hari.
Hm..leher bayi itu begitu kecil. Tanpa sadar aku sudah mencengkram leher si kecil. Hanya membutuhkan sedikit tekanan untuk mematahkannya. Sepertinya menarik. Pasti lebih nikmat dari mematahkan leher wanita muda.
"Si kecil terbangun,Sayang?" Ternyata dia terbangun.
"Udah kembali tidur kok, mungkin karena gerimis, adem, bikin si kecil gampang tidur lagi." Aku segera memindahkan tanganku dari leher si kecil.
"Betapa beruntungnya aku mempunyai suami sepertimu,Sayang." Dia mengecup kening si kecil dan pipiku.
"Kamu tidur lagi aja, biar aku yang jagain si kecil."
"Malam, Sayang."
Aku tersenyum samar dan kembali menikmati hening dalam irama gerimis. Membiarkan hujan mengembalikan kenangan tntang gadis pertama yang aku tanam dibawah rumpun mawar di villa keluargaku. Gadis pertama, pacar pertamaku yang sedang mengandung anakku.
Gerimis dini hari kamis selalu berhasil mengembalikan kenangan yang aku simpan untuk diriku sendiri.
No comments:
Post a Comment