Monday, April 28, 2014

A Midnight Summer's Dream




Two sticks of brown sugar and lil' bit cinnamon. I always remember how you drink your coffee. 

Gila, enggak peduli berapa lama aku enggak mengunjungi coffee shop ini tetap aja setiap kali aku mampir kenangan kebersamaan kita akan menyerbu ruang ingatku. Seperti sekarang. 

Pertemuan pertama kita, di sudut ruangan pada meja yang bersisian kita saling memandang dan melempar senyum sopan karena kebetulan meminta kayu manis di saat yang bersamaan sebelum kembali menikmati pesanan kita. Kamu dengan long black dan aku ditemani cappuchino. 

Kita memang enggak punya persamaan apapun selain kita suka, selalu, menambahkan serbuk kayu manis dalam kopi pesanan kita. 

Pertemuan kedua kita, sore itu kamu menyapaku untuk meminjam charger HP. Ah, ternyata kita punya persamaan lain selain mencandu kayu manis. Dan siapa yang menduga itu awal perkenalan kita? 

Sejak itu tanpa pernah direncanakan kita sering bertemu. Pagi, siang, sore, malam, kita pernah bertemu.  Kita selalu bertemu tanpa pernah janjian. Kebetulan kataku dan takdir katamu. 

Tapi enggak ada yang berubah. Kamu masih setia dengan keluhan tentang pekerjaan dan long blackmu. Sama denganku yang masih belum berpindah dari setumpuk kelakuan ajaib pelanggan dan cappuchinoku.

Sampai sekarang aku enggak pernah paham apa menariknya long black. Itu cuma secangkir cairan legam yang pahit. Jangan bilang pahit itu enak karena aku enggak akan mempercayainya. Sejak kapan pahit itu enak?! Tapi kamu enggak pernah mempermasalah itu karena kamu balas mengejekku dengan mengatakan kalau cappuhino bukan kopi karena kopi enggak pernah manis. Lalu tawa kita akan pecah. berderai.

Kita terlalu nyaman dengan pertemuan yang tidak direncanakan. Kita terlalu yakin kalau kita akan kembali bertemu walau tanpa janji, toh, coffee shop ini tempat favorit kita, bukan? Kamu akan tetap kembali ke coffee shop ini karena ini satu-satunya kafe yang katamu memasak kopi bukan hanya sekedar menyeduhnya dengan air panas. Dan aku akan selalu kembali karena hanya kafe ini yang menyediakan kayu manis asli dari kepulauan Maluku. 

Kita, aku, aku terlalu yakin kalau kita akan kembali bertemu. 

Aku terlalu yakin kalau aku hanya perlu menunggu untuk bertemu denganmu hingga merasa enggak perlu menanyakan nomor HPmu bahkan namamu. Ya, selama berbulan kita berbagi cerita kita enggak pernah berkenalan. Buatku kamu selalu bisa menjadi pria di coffee shop itu. 

Hingga semuanya berubah. Kamu enggak pernah lagi mengunjungi coffee shop ini. Atau mungkin kamu masih mengunjunginya tapi kita enggak pernah lagi kebetulan bertemu.
Sehari, aku masih yakin kalau besok kita akan bertemu dan kamu akan menyapaku dengan ekspresi konyolmu sambil menyodorkan oleh-oleh dari perjalanan dinasmu. Tapi ketika hari berubah menjadi minggu dan minggu genap menjadi bulan, keyakinan itu luntur. Berganti dengan jutaan pertanyaan yang mengisi kepalaku. 

Mungkin, mungkin kamu sudah bertemu dengan wanita yang selalu akan memasak kopi bukan menyeduhnya untuk kamu nikmat. Atau mungkin, kamu hany mulai bosan padaku. Aku enggak pernah tahu. Enggak akan pernah tahu. 

Dan sekarang, bertahun setelah kamu menghilang dan enggak pernah mengunjungi coffee shop ini, iya, aku bertanya langsung kepada pemilik coffee shop ini dengan mengenyampingkan egoku sejauh mungkin, aku masih sering mengunjungi coffee shop ini, sendirian. 

Kamu mau mencoba menebak pesananku sekarang? Kamu pasti akan salah. 

Enggak, aku enggak memesan secangkir cappuchino. Aku memesan long black with two stick brown sugar and lil bit cinnamon. Dan aku akan membiarkannya mendingin, enggak tersentuh. 

Aku masih benci long black dan pahit. Tapi aku ingin menegaskan pertemuan kita. Jauh di sudut hatiku, ada pertanyaan yang enggak berani aku tanyakan, nyatakan pertemuan kita? Atau hanya semacam mimpi di malam musim panas? 

Benarkah kita pernah bertemu dan berbagi cerita, kamu? 





9 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Bagi saya, postingan ini nggak bisa ketebak. Karena saya tipe pembaca yg suka nebak ending sebuah cerita. Tadinya saya nebak kalau si 'aku' hanya pengen melepas kangen sama si 'kamu dgn memesan kopi sesuai spt pesanan si 'kamu'. But, I'm totally wrong. Ternyata si 'aku' hanya ingin memastikan apakah pertemuan mereka nyata atau mimpi.. *applause*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terkadang kita hanya perlu kepastian kalau kenangan itu memang pernah terjadi bukan sekedar mimpi bukan keinginan untuk melepaskan.

      Delete
  3. Reblog kak :3 keep writing yaa! Sukak deh ama cerpen yang tak berending pasti :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seneng banget ya sama yang enggak pasti, kalau PHP gimana? *dikeplak*

      Delete
  4. Waw. Singkat, cuma nyeritain tentang pengalaman 'aku' yang menunggu 'dia' di coffe shop. Tapi dibungkus rapih. Keren :) fyi, aku baru baca novel kak Dy loh yang My Daddy ODHA. Hhihihi. Nangis aku bacanya :))) lol. Kapan yah diketemuin orang sejenis Kak Aditya? Hhihi. Salam kenal kak. *Icha* ---> kampoengcoretan.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menunggu selalu punya cerita yang menarik untuk dituliskan.
      Asyiiik! Boleh di review atau dikomentari tuh My Daddy ODHA-nya :p *sambil nyodorin tissue* Eh, jangan lupa baca novelku yang lain yaaa
      Ketemu Kak Aditya? Segera! Yakin aja :)

      Delete
    2. Hhihihi. Siiip ;)
      Ituu loh kak,, yang bikin nangis itu yang tulisan Tasia yang kayak tugas dari sekolah gitu kakk,, "My Daddy was infected, so what?" eh gitu bukan sih kalimatnya? hahahhaah. Ya,, pokoknya yang gitu-gitu kakk. Crazy love kayaknya bikin pembaca tambah galau ya kak? heheh

      Delete
    3. galau sih enggak ya, paling jdi mendadak merasa gila karena cinta hehehhe

      Delete