Kavernya? Keren banget, percaya, deh! Sanking kerennya Dy sampai harus menahan diri *sampai sekarang* untuk enggak nge-twitpict atau share kavernya. Dan untuk nguatin hati, Dy mau share prolog dari novela yang ada di #CrazyLove seri terbaru :D Prolog yang dihapus karena alasan keterbatasan halaman :))
Enjoy! Dan jangan lupa tinggalin komentar yaaa~
--------------------------------------------------
“La,” dia memanggilku pelan, hampir
berbisik, setelah meletakkan sebuah kotak bersalut beludru hitam yang
dipermanis dengan pita satin berwarna pink. Tanpa harus membukanya, aku tahu kalau isinya pasti sesuatu yang
mahal.
“La, aku minta maaf,” dia menyentuh sudut
bibirku dengan lembut dan refleks aku mengernyit, perih. “Maaf, aku sama sekali
enggak ada maksud untuk nyakitin kamu. Aku enggak sengaja.”
Aku menarik napas panjang. Ini entah sudah
kali yang keberapa. Dia selalu melakukan ini setiap kali bertengkar. Meminta
maaf dengan lembut dan menghadiahkan berbagai benda mewah. Bukannya aku enggak
senang tapi kalau aku boleh memilih, aku lebih memilih untuk tidak bertengkar
dengannya daripada dihadiahkan benda-benda mewah seperti ini.
“Kamu mau maafin aku, kan, La?” Dia
menatapku dengan sendu, “Aku cinta sama kamu. Aku enggak bisa kalau kamu enggak
ada dalam hidup aku. Maafin aku, La.”
Dia menggenggam tanganku dan aku memilih
untuk memejamkan mata. Aku takut tatapan matanya akan meruntuhkan keyakinanku.
Ya, kali ini aku memutuskan untuk enggak memaafkannya.
Setelah apa yangterjadi tadi malam, sulit
rasanya untuk memaafkan perbuatannya dan kembali menjalin hubungan dengannya
sekalipun aku masih sangat mencintainya.
“La?” Suaranya terdengar penuh pengharapan.
“Enggak, Mas,” sekuat tenaga aku
menggelengkan kepala, “Aku enggak bisa maafin kamu. Kamu udah kelewatan, kamu
…”
“La, kamu enggak mungkin tega ngelakuin ini
ke aku,” dia mulai mengiba, “Semalam aku memang salah, aku kelewatan tapi aku
janji kalau aku enggak akan pernah melakukan itu lagi ke kamu. Aku cinta sama
kamu, La.”
“Udah berapa kali kamu janji kayak gini ke
aku, Mas?” Aku ingin terdengar tegas tapi kenyataannya aku cuma sanggup berbisik
pelan.
“Aku tahu, La,” dia kembali mengusap sudut
bibirku dengan lembut, “Aku tahu kalau aku udah jahat banget sama kamu. Aku
juga udah sering janji sama kamu. Tapi kali ini aku benar-benar janji kalau aku
enggak akan pernah ngelakuin itu lagi. Aku enggak mau kehilangan kamu, La.”
“Tapi, Mas,” keyakinanku mulai runtuh
karena tatapannya.
Sejak pertama kali berkenalan hingga
sekarang tatapannya masih memiliki efek yang sama untukku. Tatapannya selalu
berhasil meluluhkan hatiku dan dia tahu cara menggunakannya hingga dia selalu
mendapatkan apa yang dia inginkan, seperti sekarang.
“Aku janji, La,” dia menggenggam kedua
tanganku dan meletakkan di dadanya, “Aku berjanji kalau aku enggak akan
melakukan itu lagi.”
Tanpa sadar aku kembali menarik napas
panjang dan menatap matanya, “Kamu janji enggak akan melakukan itu lagi.”
“Janji,” dia membalas tatapanku, “Aku
berani berjanji demi apapun asal kamu maafin aku, La. Aku enggak mau kehilangan
kamu. Enggak sekarang, enggak kapan pun. Aku mohon, La. Maafin aku, ya.”
Haruskah aku mempercayainya lagi setelah berulang kali dia mengingkarinya? ***
Haruskah aku mempercayainya lagi setelah berulang kali dia mengingkarinya? ***
Ini novel kamu, ya?
ReplyDeleteAku suka prolognya <3
g-carinoo.blogspot.com
Hallo,
Deletehm..ini prolog dari novela (novel pendek) yang bakalan segera terbit.
Senang kamu suka, boleh tahu kenapa? ^^
Duhh mbak.. kamu kalo nulis pake apa sih?
ReplyDeleteIde sama kalimat-kalimatnya begitu mengalir dengan pasti. Baru aja aku nabung buat beli novelmu yang #Pssst ini sudah ada lagi.
Ahhh pokoke sukses buat novel barunya, semoga aku juga bisa ketularan mbak ya :D hihi
Biasanya, sih, pake ms.word atau kalau lagi pengin ya pake pulpen, tulis tangan gitu :D
DeleteHahahha, enggak mengalir dengan pasti kok, kudu semedi bolak balik juga :p
Nah, kalau gitu sekalian nabungnya, selain buat Pssst! juga buat yang ini ;))
Aamiin! Semangat nulisnya :)
Perfect! Cukup baca prolog udh bisa buat saya pengen punya bukunya (y)
ReplyDeleteMakasih^^ Wajib beli, dong, ya, berarti :p
DeleteSama-sama ^^ *kemudian blog-nya jadi pasar* hayukklah cetak sebarin ke Medan biar dibeli :p
Deletesabar, sabar, masih nunggu kabar dari mba editor kece :p
DeleteIni sedikit aneh kak, hehehe
ReplyDelete...Ya, kali ini aku memutuskan untuk enggak memaafkannya.
kenapa kata "enggak"nya ga diganti sama kata "tidak" ya kakk? hehehe. Kan maksud dari kalimat diatas tadi itu omongan dalam hati si "aku (yang disebut La)" kan ya? heheh *sotoy*
Memang sengaja pakai "enggak" karena itu termasuk percakapan walaupun ngomong dalam hati jadi lebih memilih kata "enggak" biar semakin terkesan real :)
Deleteada komentar lainnya?