Friday, May 16, 2014

Prolog dari Novela Terbaru

Jadi gini, beberapa hari yang lalu dapat email dari Mba Editor Kece. Reaksi pertama? Hahaha langsung takut kalau itu revisian atau tentang naskah yang belum layak atau apalah. Eh, tapi ternyata... itu email isinya kaver untuk #CrazyLove Serie yang berikutnya. Wow! Langsung senang karena itu berarti bakalan ada buku baru lagi yang terbit!! *Hurraaaayyy!

Kavernya? Keren banget, percaya, deh! Sanking kerennya Dy sampai harus menahan diri *sampai sekarang* untuk enggak nge-twitpict atau share kavernya. Dan untuk nguatin hati, Dy mau share prolog dari novela yang ada di #CrazyLove seri terbaru :D Prolog yang dihapus karena alasan keterbatasan halaman :))

Enjoy! Dan jangan lupa tinggalin komentar yaaa~

--------------------------------------------------

“La,” dia memanggilku pelan, hampir berbisik, setelah meletakkan sebuah kotak bersalut beludru hitam yang dipermanis dengan pita satin berwarna pink. Tanpa harus membukanya, aku tahu kalau isinya pasti sesuatu yang mahal.

“La, aku minta maaf,” dia menyentuh sudut bibirku dengan lembut dan refleks aku mengernyit, perih. “Maaf, aku sama sekali enggak ada maksud untuk nyakitin kamu. Aku enggak sengaja.”

Aku menarik napas panjang. Ini entah sudah kali yang keberapa. Dia selalu melakukan ini setiap kali bertengkar. Meminta maaf dengan lembut dan menghadiahkan berbagai benda mewah. Bukannya aku enggak senang tapi kalau aku boleh memilih, aku lebih memilih untuk tidak bertengkar dengannya daripada dihadiahkan benda-benda mewah seperti ini.

“Kamu mau maafin aku, kan, La?” Dia menatapku dengan sendu, “Aku cinta sama kamu. Aku enggak bisa kalau kamu enggak ada dalam hidup aku. Maafin aku, La.”

Dia menggenggam tanganku dan aku memilih untuk memejamkan mata. Aku takut tatapan matanya akan meruntuhkan keyakinanku. Ya, kali ini aku memutuskan untuk enggak memaafkannya.

Setelah apa yangterjadi tadi malam, sulit rasanya untuk memaafkan perbuatannya dan kembali menjalin hubungan dengannya sekalipun aku masih sangat mencintainya.

“La?” Suaranya terdengar penuh pengharapan.

“Enggak, Mas,” sekuat tenaga aku menggelengkan kepala, “Aku enggak bisa maafin kamu. Kamu udah kelewatan, kamu …”

“La, kamu enggak mungkin tega ngelakuin ini ke aku,” dia mulai mengiba, “Semalam aku memang salah, aku kelewatan tapi aku janji kalau aku enggak akan pernah melakukan itu lagi ke kamu. Aku cinta sama kamu, La.”

“Udah berapa kali kamu janji kayak gini ke aku, Mas?” Aku ingin terdengar tegas tapi kenyataannya aku cuma sanggup berbisik pelan.

“Aku tahu, La,” dia kembali mengusap sudut bibirku dengan lembut, “Aku tahu kalau aku udah jahat banget sama kamu. Aku juga udah sering janji sama kamu. Tapi kali ini aku benar-benar janji kalau aku enggak akan pernah ngelakuin itu lagi. Aku enggak mau kehilangan kamu, La.”

“Tapi, Mas,” keyakinanku mulai runtuh karena tatapannya.

Sejak pertama kali berkenalan hingga sekarang tatapannya masih memiliki efek yang sama untukku. Tatapannya selalu berhasil meluluhkan hatiku dan dia tahu cara menggunakannya hingga dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, seperti sekarang.

“Aku janji, La,” dia menggenggam kedua tanganku dan meletakkan di dadanya, “Aku berjanji kalau aku enggak akan melakukan itu lagi.”

Tanpa sadar aku kembali menarik napas panjang dan menatap matanya, “Kamu janji enggak akan melakukan itu lagi.”


“Janji,” dia membalas tatapanku, “Aku berani berjanji demi apapun asal kamu maafin aku, La. Aku enggak mau kehilangan kamu. Enggak sekarang, enggak kapan pun. Aku mohon, La. Maafin aku, ya.”

Haruskah aku mempercayainya lagi setelah berulang kali dia mengingkarinya? ***



10 comments:

  1. Ini novel kamu, ya?
    Aku suka prolognya <3

    g-carinoo.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo,
      hm..ini prolog dari novela (novel pendek) yang bakalan segera terbit.
      Senang kamu suka, boleh tahu kenapa? ^^

      Delete
  2. Duhh mbak.. kamu kalo nulis pake apa sih?
    Ide sama kalimat-kalimatnya begitu mengalir dengan pasti. Baru aja aku nabung buat beli novelmu yang #Pssst ini sudah ada lagi.
    Ahhh pokoke sukses buat novel barunya, semoga aku juga bisa ketularan mbak ya :D hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biasanya, sih, pake ms.word atau kalau lagi pengin ya pake pulpen, tulis tangan gitu :D
      Hahahha, enggak mengalir dengan pasti kok, kudu semedi bolak balik juga :p
      Nah, kalau gitu sekalian nabungnya, selain buat Pssst! juga buat yang ini ;))
      Aamiin! Semangat nulisnya :)

      Delete
  3. Perfect! Cukup baca prolog udh bisa buat saya pengen punya bukunya (y)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih^^ Wajib beli, dong, ya, berarti :p

      Delete
    2. Sama-sama ^^ *kemudian blog-nya jadi pasar* hayukklah cetak sebarin ke Medan biar dibeli :p

      Delete
    3. sabar, sabar, masih nunggu kabar dari mba editor kece :p

      Delete
  4. Ini sedikit aneh kak, hehehe
    ...Ya, kali ini aku memutuskan untuk enggak memaafkannya.

    kenapa kata "enggak"nya ga diganti sama kata "tidak" ya kakk? hehehe. Kan maksud dari kalimat diatas tadi itu omongan dalam hati si "aku (yang disebut La)" kan ya? heheh *sotoy*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang sengaja pakai "enggak" karena itu termasuk percakapan walaupun ngomong dalam hati jadi lebih memilih kata "enggak" biar semakin terkesan real :)
      ada komentar lainnya?

      Delete