Monday, December 29, 2014

Varanasi

"Besok aku traveling," dia baru saja sampai bahkan belum sempat memesan apa pun tapi dia sudah berhasil mengejutkanku.

"Tumben mendadak," aku mengalihkan perhatian dari layar smartpone-ku, "Biasanya kamu ngasih tahu beberapa minggu sebelumnya. Ada apa?"

Dia menggelengkan kepalanya lalu tersenyum tipis, "Enggak ada apa-apa, kemarin iseng ngecek penerbangan dan ternyata lagi promo. Lucky me."

"Hei, are you okay?" Dia berusaha terlihat antusias tapi ada sesuatu pada dirinya yang membuatku yakin kalau dia tidak sedang baik-baik saja. Aku sangat mengenalnya. Ada sesuatu yang salah pada dirinya hari ini.

"Aku baik-baik aja," dia kembali tersenyum tapi tetap saja senyumannya tidak berhasil menghilangkan keyakinanku kalau dia sedang tidak baik-baik saja. Tapi seperti biasa, dia terlalu keras kepala untuk berterus terang.

"Oke. Anggap aku percaya," aku menyesap ice lemon tea sambil memainkan smartphone, "Kali ini kemana tujuan traveling-mu?"

"Varanasi," dia menjawab singkat lalu meninggalkanku untuk memesan minuman.

Vara... apa?! Gadis itu, kemana lagi tujuannya kali?! Destinasi pilihannya selalu berbeda dengan kebanyakan pelancong yang aku kenal. Di saat orang berlomba-lomba memilih berbagai kota modern dan romantis di Eropa, dia lebih memilih mengunjungi berbagai kota yang dianggap suci. Berbagai kota yang tidak pernah aku dengar sebelumnya.

"Varanasi?" Aku langsung bertanya ketika dia kembali duduk di hadapanku.

"Iya. Kota suci di pinggir sungai Gangga. Beneran, deh, kamu itu harus lebih sering buku peta. Masa Varanasi aja enggak tahu? Kota itu lumayan terkenal!"

"Iya, terkenal di kalangan traveler aneh kayak kamu."

Dia terkekeh, "Aku bukan traveler, aku bukan pelancong, aku bukan tukang jalan, aku ..."

"Aku tahu, kamu itu pencari, kan?"

Dia menganggukkan kepala dengan yakin, "Yap! Dan ini pencarianku selanjutnya."

"Kapan? Kapan pencarianmu akan berakhir, nona?"

"Entahlah," dia mengangkat bahunya ringan, "Mungkin," tatapannya berubah menjadi serius, "Ketika aku bebas. Ketika aku mati." 

***

No comments:

Post a Comment