Empat tahun, hampir lima tahun yang lalu, Dy menangis. Berhari-hari tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya. Menyimpan kembali mimpi yang nyaris tercapai, percayalah, sedihnya itu sangat. Luar biasa. Menyesakkan dan tidak terucapkan.
Menjadi penjagal untuk mimpi sendiri itu tidak hanya memuakkan tapi juga sangat menyedihkan.
Empat, hampir lima tahun, sering mimpi itu mengintip dari balik toples kaca tempat Dy menyimpannya. Menatap dengan pandangan penuh kerinduan seakan ingin bertanya kapan dia akan dikeluarkan? Kapan Dy akan kembali mengejarnya, berusaha kembali untuk menjadikannya nyata? Kapan?
Dy terdiam. Tidak memiliki jawaban.
Ketika mimpi itu hampir tertidur karena terlalu lama terlupakan, seseorang dengan sengaja membuka toples kaca itu. Membangunkan mimpi itu. Sebuah email, kembali menyemaikan harapan. Jalan itu masih ada. Dan Dy sekarang sedang berlari untuk kembali menjadikannya nyata/
Malam ini, di atas motor sepulang dari rumah sakit sesuatu melintas dalam pikiran. Empat, hampir lima tahun ini mungkin Tuhan sedang mengajarkan Dy melangkah dan berjalan sebelum nanti Dia mengizinkan Dy untuk melompat sekuat tenaga dan setinggi mungkin untuk menyatakan seluruh mimpi Dy. Dan Dy percaya, waktu itu tidak lama lagi.
Sekarang tidak ada yang Dy khawatirkan karena rencana Tuhan selalu sempurna. Bahkan seandainya mimpi ini (dengan terpaksa) harus kembali Dy simpan dalam toples kaca.
No comments:
Post a Comment