"Maaaf," dia menggigit bibirnya dan menautkan alisnya penuh rasa bersalah, "Aku salah pasang timer jadinya... gosong."
Aku menatap seekor ayam hangus yang baru dikeluarkan Mikha dari oven. Sekuat tenaga menahan tawa sekaligus merasa kasihan pada si ayam yang bernasib buruk. Ternyata Mikha tidak sedang berbohong ketika mengatakan dia baru belajar memasak.
Ternyata tidak semua malaikat itu tercipta sempurna. Tapi hatiku masih miliknya.
"Menurutku dari pada komentator kamu lebih butuh," aku tersenyum menggoda, "pemadam kebakaran."
"IBRA!" Dia berteriak sambil melempar serbet makan ke arahku tapi tidak lama tawanya pecah. "Parah banget, ya? Pede banget ngundang kamu makan siang padahal kemampuan masih pas-pasan."
Aku tertawa dan memeluk pinggangnya, "Makasih, ya," aku menarik jarinya yang penuh dengan hansaplast, "Jari kamu sampai luka-luka kayak gini."
"Enggak, ini biasa. Cuma luka kecil," dia menggelengkan kepalanya berulang kali, "Aku seneng bisa masakin buat kamu. Beneran! Cuma ya itu..berantakan. Gagal."
"Masakin buat pacar itu nyenengin, ya?" Aku kembali menggodanya sambil melepaskan pelukan. Walau sejujurnya itu hanya usaha untuk menutupi detak jantungku yang riuhnya mengalahkan keriuhan pasar malam. Selain karena aku ingin dia kembali tersenyum.
"IBRA!!!" Dia kembali berteriak kali ini dengan pipi yang bersemu merah. Semerah tomat.
"Buat makan siang kita delivery aja, ya? Mau makan apa?" Aku mengeluarkan smartphone dari saku celana.
"Ibra," dia menatapku lembut, "Kita beneran pacaran, ya?"
"Menurut kamu?"
Dia tersenyum kecil, "Rasanya masih kayak mimpi."
Aku menariknya mendekat ke arahku, "Harusnya aku yang ngomong kayak gitu. Aku enggak pernah mimpi punya pacar malaikat kayak kamu."
Dan pipinya semakin memerah. Juga dadaku, semakin riuh.
"Kamu malaikatku, Mikha," aku berbisik di telinganya, "Satu-satunya."
Senyumnya melebar dan bibirnya menyentuh bibirku.
Lembut. Manis. Adiktif.
Jadi, Ibra.. sama Mikha? Lha si Sher gimana kak? :D nada bicaranya Mikha itu nggak percaya kalau dia berpacaran dengan Ibra atau emang dia suka bercanda ya? ^^ Ibra pun gitu, so sweet. Eh, ini bukan yang terakhir kan ya? aku tunggu kelanjutannya, kak :)
ReplyDeleteHm..si Mikha lebih ke masih enggak nyangka aja, sih.
DeleteKamu mau ini yang terakhir atau mau ada lanjutannya?
Hahahahhh, kepikiran amat ya bawa pemadam kebakaran segala, kak -__-
ReplyDeleteKak! Mas bram nya cucok amat klo dr belakang gitu ^^, tapi saya tetap maunya Wira. Wira!
Hmm, buat Mas Bram awas di akhir2 cerita nyesel loh :p *senyum ala "hello kitty"
Eerr...ini ceritanya Bram bukan Wisnu, pelase deh :p
DeleteKenapa Hello Kitty dibawa-bawa?! Kenapa?!
karena kak Yoshie kemakan sinetron :D *digebuk gondola* hahahahah :p
Deletetuh kan. itu cowok tu emang begitu! "Kamu malaikatku, Mikha," aku berbisik di telinganya, "Satu-satunya." Pret banget :p *sewot kemakan cerita*
ReplyDeleteSuapin cerita lagi
DeleteNgga bisa komentar untuk part ini *nyerah muka tekuk
ReplyDeleteKa bram kayanya orangnya perhatian banget coba aja...
Ada yang naksir Bram :)))
DeleteMikha cukup agresif ya, hehe. Ibranya ganteng sih (loh)
ReplyDeleteHo-oh. Lebih dari cukup sih :))
Delete