Friday, March 27, 2015

Ketika Semesta Bercanda

Jangan mempermalukan diri sendiri dengan merasa mengenal semesta. Sebaik apapun kamu mengenal semesta, selalu ada kejutan tidak terduga yang diselipkan dalam kehidupan. Semesta dan selera humornya yang aneh.

Seperti malam ini.

Aku tidak suka menghadiri pesta, apapun jenisnya. Tapi sejak kecil Mama selalu mengajarkanku untuk selalu memenuhi undangan, tidak hanya untuk menyenangkan yang mengundang tapi juga menjalin relasi baik dengan relasi lama maupun baru. Dan malam ini aku terpaksa menghadiri pesta ulang tahun kesekian salah satu orang terkaya di Indonesia. Sebenarnya malas tapi mengingat anaknya adalah teman baikku sejak SMP, aku memaksakan untuk hadir. Bersama Mikha.

Dan Mikha. Siapapun yang memulai tren gaun dari bahan menerawang dengan potongan yang membuat pria manapun menelan ludah ketika melihatnya, aku mengutuk mereka! Hubunganku dengan Mikha memang tidak sehangat dulu tapi ketika melihat tatapan yang dilemparkan setiap pria di ruangan ini kepada Mikha tetap saja ada kemarahan yang hadir.

"Beib, kamu kenapa?" Mikha tanpa rasa bersalah atau merasa risih dengan tatapan yang dilemparkannya menggandeng lenganku mesra dan berbisik tepat di telingaku.

"Aku enggak suka gaun yang kamu pakai," aku mendesis tidak suka. 

"Kenapa? Aku kurang cantik?" Dia memberengut sambil menatapku ragu.


"Kamu enggak ngerasa kalau semua cowok di ruangan ini pengin narik kamu ke kamar?"

Mata bulatnya membesar. Hanya sesaat. Lalu senyumnya kembali terulas, "Termasuk kamu, Beib?"

Aku berdecak kesal, "Terserah kamu, Kha."

Setelah melepaskan tangannya yang mnggelayut manja di lenganku, aku langsung berjalan menuju meja minuman. Dengan secangkir air putih di tangan aku mengedarkan pandangan. Mencari sosok teman baikku di antara ratusan tamu yang hadir.

"Lo nyariin gue?" Samudera, teman baik yang sedang kucari, menepuk punggungku, "Kirain lo enggak datang. You and party never be bestfriend."

Aku tertawa. Lepas, "Demi lo, nih. Lo apa kabar? Usaha lancar? Dengar-dengar mau bangun gedung lagi?"

"Iya. Biasa, bokap. Gue, sih, ngikutin aja," dia menyesap minuman pilihannya, "Bedalah. Lo udah dilepas sama bokap lo. Kalau gue masih sekadar pelaksana."

Tawa kami pecah. Inside joke sejak kami SMP. Dia selalu mengeluh orang tuanya yang sangat mengontrol hidupnya dan aku yang dipusingkan oleh kebebasan yang diberikan oleh Papa. Manusia memang tidak pernah puas.

"Plus one lo mana? Enggak pengin dikenalin ke gue? Takut gue rebut? Atau lo datang sendiri?"

"Ada. Tapi enggak tahu ilang ke mana. Ntar deh gue kenalin."

"Eh iya! Gue kenalin sama adik gue, ya. Mumpung dia datang. Kesempatan langka, nih."

"Gue enggak pernah tahu lo punya adik."

"Panjang ceritanya. Dia sama bokap enggak akur. Kapan-kapan gue ceritain. Walaupun sulit, dia cantik. Selera lo."

Aku mengernyitkan kening, "Sejak kapan lo ekspan jadi buka usaha makcomblang?"

Samudera terbahak, "Gila apa. Gue cuma usaha, lumayan, kan, kalau adik gue jadian sama sahabat gue. Aman buat gue."

"Ck. Gue salah. Lo bukan makcomblang tapi ngejual adik lo."

Dia masih tertawa, "Enggaklah! Gue cuma memanfaatkan kesempatan yang ada, kayak yang lo ajarin waktu kita SMA."

"Waktu lo enggak berani nembak kakak kelas itu?"

"Shit! Enggak harus dibahas juga, ya," dia melirikku kesal tapi masih sambil terbahak.

"Apa kabar ya cewek itu? Tapi untung juga lo enggak berani nembak dia. Kalau sampai lo nembak, itu cewek bakalan kasihan banget."

"Sialan, lo. Bentar, gue cari adik gue dulu," Samudera meletakkan gelasnya, "Lo tunggu di sini. Jangan ke mana-mana."

Setelah Samudera tenggelam di antara para tamu aku bergeming. Hanya pandanganku yang terus menerus menyusuri setiap sudut ruangan. Mencari Mikha. Tapi dia tidak terlihat. Tapi aku tidak panik. Aku yakin dia sedang bersantai di bar. Mikha dan alkohol adalah sahabat yang tidak terpisahkan.

Dan semesta kembali mengajakku bercanda.

Hampir dua jam berlalu ketika Samudera kembali bersama adiknya. Seorang gadis. Yang sangat aku kenal. Tapi baru kali ini dia terlihat secantik dan seanggun ini.

"Kenalin adik gue, Vana," Samudera langsung memperkenalkan kami, "Dan ini Ibra, temen baik aku, Dek."

Lidahku kelu. Tubuhku kaku.

Shervana Alamsukma.

"Kita udah kenal, Kak," Sher tersenyum, manis tapi terasa palsu di mataku, "Tapi dia kenalnya aku Sher."

"Kayaknya dunia beneran makin menyusut ya? Makin kecil."

"Circle kita aja, Kak, yang kebetulan berpotongan." Sher menyesap kopinya.

"Eh, kalian ngobrol aja. Udah kenal, kan? Gue mau nyapa Pras di sana. Udah lama enggak ketemu sama dia. Dia masih punya hutang sama gue, 1 ronde muay thai."

"Bukannya seharusnya kamu lagi di Vietnam?" Pertanyaan pertama yang aku lontarkan setelah Samudera meninggalkan kami.

"Seharusnya. Tapi titah raja harus selalu dipenuhi, kan?" Sher menjawab sambil mengedarkan pandangannya.

"Aku enggak pernah tahu nama belakangan kamu Winata."

"Aku memang enggak pakai nama itu lagi. Aku enggak ngerasa jadi bagian dari keluarga Winata."

"Berapa banyak lagi rahasia yang kamu simpan, Sher?"

Dia mengalihkan pandangannyanke arahku dan tersenyum sinis, "Secrets make a woman as a woman."

Hening. Aku terdiam dan dia tenggelam dalam pikirannya.

"Ah, tadi kamu ke sini bareng malaikat kamu itu?" Ada nada tidak senang yang tertangkap oleh telingaku.

"Mikha maksud kamu?" Aku memastikan siapa yang dimaksud olehnya.

"Iya. Kenapa? Jelous?"

"You wish," dia tertawa pelan, "Saran aja, lebih baik kamu buruan ke bar, deh."

"Ngapain? Kamu belum lupa kalau aku enggak minum, kan?"

"Find your angel, Bram," dia menatapku serius, "As soon as possible."

Aku membalas tatapannya dengan bingung. Ada apa dengan Mikha? Apa maksud Sher?

"Aku enggak yakin kalau kamu siap ngebersihin sisa-sisa ulah si malaikat itu."

Aku masih menatapnya dengan bingung.

"Makin lama kamu ngebiarin dia, bar bisa makin heboh."

"Mikha mabuk?"

"Mabuk? Andai sesederhana itu," Sher kembali mengedarkan pandangan lalu meletakkan cangkir kopinya, "Sebelum aku ditarik Samudera ke sini aku lagi nonton pertunjukan solonya Mikha. She was dancing on the table and almost naked, Bram."

"What?! Kamu bercanda, kan?"

Sher menatapku serius, "Menurut kamu?"

Setelah melemparkan kalimat itu dia mencium pipiku ringan, "Aku balik dulu. Kalau Samudera atau Tuan winata nyariin aku tolong bilang kalau aku balik duluan. Lama-lama di sini enggak baik buat kesehatan hati aku."

Dia melambaikam tangannya, "Help your angel, Bram. Hurry!"

Shit! Mikha.


12 comments:

  1. Omayigat. :O
    Hampiiirrrr,, bugil? :O

    Eciecie,, kedemenan tuh di cuim Sher :p

    Kakakkk,,
    Sayang typo lagi. Huhuuh

    ...tangannya yang mnggelayut manja...
    ...Dia melambaikam tangannya, "H...


    Lagih! Lagih! Lagih!
    Besok aku ijin dua hari yak, absen buat nyampah :p :))
    *keep writing kak Dy*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sher melebih-lebihkannya :)

      Dicium bukan di cuim *kumat isengnya*

      Oke. Makasih buat typonya :*

      Eh,,,mau ke manaaa?

      Delete
    2. eh ia, cium itu bukan nama tempat *berasa belajar bahasa indonesia* hahhahahhaha, ih postingannya knp di hapus? aku ampe sengaja ke warnet buat baca, eh taunya :p

      Delete
    3. Kurang greget. Ntar kalau udah diedit pasti segera diupdate.
      maaf yaaa~ duh..sampai ngerepotin >.<

      Delete
  2. Menambahkan soal typo. Kak :) (... pandangannyanke arahku...)
    Yang seharusnya pantas disebut 'angel' itu kamu, Sher.. Iya, kamu Shervana Alamsukma *penekanan* Bukan Mikha!

    Mikha, yang (katanya) angel tidak sesuai dugaanku. Sekarang sudah tidak ada keraguan di benakku untuk cinta sama Sher, Kak Dy.. :) Sukaa.. Lanjutkan, Kak :D

    ReplyDelete
  3. Saya kira semesta cuma bisa berkonspirasi, tapi ternyata dia juga bisa bercanda :D
    Kak, titipin salam buat Bram, ya. Bilang ke dia jgn nambah2in kuota cowo2 yg hidupnya kasian bgt krn gak pernah dihargain pacarnya sendiri. Ada yg bisa menghargai dia di depan mata kok malah tutup mata..
    Buat Mikha, sepertinya masa lalumu terlalu berat, nak. Tapi kamu juga terlalu bodoh utk mencari jalan keluarnya. Dikiranya dengan senang2 gak jelas begitu masalalunya dia bisa ketakutan trus pergi, gitu?!?! Bhayy maksimal!!
    Buat kak Dy, ahhahha maapkan saya sudah sedikit emosi di blog kakak. Lanjutin terus yaa kak sampe kelar, klo bisa jgn ada yg gantung atau blm terbuka semuanya termasuk masalalu mereka semua dan endingnya wajib bagus! Yay!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buat Sher-nya mana?

      Eh ini kenapa mendadak membebankan kewajiban ya?

      Delete
  4. Wew ~ mulai terbuka nih latar belakangnya Sher. *teteup Sher hahaha*

    Dan sikap Mikha yang semakin 'liar' ini bikin penasaran, apa sih yang terjadi sama hidupnya.
    Oia, quotes "Secrets make a woman as woman." ini kalo nggak salah pernah ada di anime Det. Conan ya. Aku suka Quote ini ^^

    Mbak ~ jangan lama-lama bikin kita penasaran ya hehehe ~ >__<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaa~ ngambil dari Conan :)
      Aku juga suka quote itu makanya pas nulis keingat, langsung deh dimasukin

      Delete
  5. ka mikha -_-, bikin ulah lagi ternyata
    akhirnya... aku tau siapa dirimu ka sher... hahahaha *tawa evil
    seminggu ini aku mau ijin dulu, jadi ga baca ceitanya ka dy.... jadi jangan sedih ya... ^o^
    satu lagi... kak sher aku suka wataknya ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang Sher siapa?
      Eh. Kamu mau ke manaaaaa? *heboh*

      Delete