Friday, March 13, 2015

Ternyata Dia Pergi

Potongan es di gelas sudah mencair tidak bersisa. Embun memenuhi permukaan gelas dan membasahi meja. Sudah dua jam berlalu sejak waitress mengantarkan pesanan. 

Tapi aku masih sendiri. 

Sofa merah di hadapanku masih kosong. Kopi lintong, kesukaan dia akhir-akhir ini, yang aku pesankan sudah dingin. Tidak tersentuh. 

Dia belum juga datang. 

Bahkan sebuah buku yang sengaja aku pilih dan aku letakkan di samping cangkir kopinya tidak juga berhasil memunculkan sosok Sher. Padahal itu buku berisikan kumpulan foto negara impiannya dan yang diabadikan oleh fotografer idola dia. 

Di mana kamu, Sher? 

Ibrahim Wiranagara : aku masih nunggu
Ibrahim Wiranagara : enggak akan pulang sampai kamu datang
Ibrahim Wiranagara : Sher, kamu enggak lupa ini hari apa, kan?

Cawang satu. Smartphone-nya mati. 

Sejak pertama berkenalan dengannya aku tahu dia adalah sosok yang unik. Sedikit keras kepala dan sinis, lebih memilih menjadi pendengar, membenci manusia dan keramaian, jalan pikirannya yang aneh, peraturan hidup yang dijalaninya dan ... daftar ini akan panjang. Sangat panjang. Tapi baru kali ini dia menghilang tanpa kabar. Seakan hilang ditelan bumi. 

Ibrahim Wiranagara : kamu marah? 

Pending. 

Vio, salah seorang waitress cafe ini, melewati mejaku dan aku langsung melambaikan tangan memintanya untuk mendekat. 

"Ada yang bisa saya bantu, Mas Ibra?" Vio menyapa ramah. 

"Aku minta tolong ini diangkat aja," aku menunjuk gelas teh dan cangkir kopi, keduanya masih belum tersentuh, "Dan aku pesan minuman yang sama lagi." 

Sedetik dia terdiam menatapku bingung sebelum senyum profesionalnya terulas. Dia menganggukkan kepalanya pelan dan mulai memindahkan gelas dan cangkir. 

"Lagi nunggu Mbak Sher, Mas?" 

Aku dan Sher pelanggan cafe ini. Terlalu sering kami menghabiskan malam di sini hingga seluruh waitress, bahkan pemiliknya, mengenal kami dengan baik.

"Iya." 

"Memangnya Mbak Sher udah balik ya, Mas?" 

"Balik?" Giliran aku yang menatapnya bingung, "Balik dari mana?" 

"Terakhir Mbak Sher ke sini, Mbak Sher bilang kalau mau traveling dan janji ngirimin kartu pos buat Vio." 

Traveling? Kartu pos? Apa yang sebenarnya terjadi, Sher? 

"Iya. Baru aja kemarin ada yang nyampe." 

"Dari mana?" 

"Hm...Lyon? Leon? Gitu, deh, Mas." 

Prancis. Aku ingat dia pernah becerita keinginan mengunjungi Eropa, menyelesaikan Camino de Santiago. 

"Ada pesan dari Sher?" 

"Pesan enggak ada, deh, kayaknya. Mbak Sher cuma nulis, hm, kalau aku enggak salah ingat, kalau kamu merasa gelap pergilah mencari cahaya bukan bayangannya. Kira-kira gitu." 

Kalimat favoritnya. For light I go directly to the source of light, not any of the reflections. Sepotong informasi dan aku tahu kalau kamu sedang mencari pencarianmu. Bukan hal yang aneh. Sher sering traveling, melakukan pencarian kalau mengikuti istilah Sher. Tapi baru kali ini dia traveling tanpa mengatakan apa pun kepadaku. 

"Aku ke belakang dulu, Mas. Pesanannya segera aku antar." 

"Vio," aku berusaha untuk tidak terlihat menyedihkan, "Kopinya enggak usah." 

"Lho nanti Mbak Sher ..." 

"Sher enggak bakalan datang malam ini." Vio mengangguk penuh arti dan berlalu dari mejaku. 

Apa yang sebenarnya terjadi, Sher? Kenapa kamu pergi tanpa mengatakan apa pun? 

Ibrahim Wiranagara : pencarian lagi? 

Cawang satu. 

Ibrahim Wiranagara : enjoy your trip 
Ibrahim Wiranagara : kayak biasa, foto yang banyak ya. 

Aku menarik napas panjang. Menatap kendaraan yang mengular memenuhi jalan raya melalu kaca jendela yang berhias air hujan. 

Ibrahim Wiranagara : aku yakin kamu bakalan ngetawain aku tapi ... 
Ibrahim Wiranagara : aku kangen ngobrol sama kamu
Ibrahim Wiranagara : walau seringnya absurd, sih



Dan malam semakin menua.

10 comments:

  1. *pukpuk Bram..
    Quotenya nendang, kak! " kalau kamu merasa gelap pergilah mencari cahaya bukan bayangannya."
    Ceritanya? Bolehlaaaah, udh mulai tau kemana Sher ngilang, cuma gak tau knp dia pergi mendadak dan diam2.

    Sedikit ada typo disini --> , "Dan aku ((pesanan)) minuman yang sama lagi." 
    Itu aja deh, kak. :D si yu on de next episode ๐Ÿ˜†

    ReplyDelete
    Replies
    1. bolehlah itu...berarti masih kurang ya?
      *uhuk* bangga sama quote :p

      uda aku benerin. makasih ya^^

      Delete
  2. aduh aduh aduh. ini nyebelin banget :p *digetok kak Dy karna gue muncul lagi muncul lagi* hahahahah. ih, yang enak tu ya, tibatiba Sher sukanya sama cewek. Mikha lagi yg dia suka *ngayal :p *ngerusak ide orang :p :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi enggak akan rusak kok idenya :p
      udah tertata rapi di kepalaku ;)

      Delete
  3. Dy, kok jadi ga konsisten? Ini mau ngebahas Sher apa Mikha sih?

    *dibaat di WA*

    ReplyDelete
  4. wah kasian mas bram. nanti ada sudut pandang dari shernya ga kak?
    eh anyway, itu leon/lyon nama kota ya??
    smoga komen in iberhasil, krn semalem udah coba seribu kali gagal -.-;;

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah..ini kenapa jadi kasian sama mas Bram? Hihi..
      Belum kepikiran sih mau bikin dari sudut pandang Sher.
      Iya. Lyon di Prancis^^
      Yeay! Berhasil!!

      Delete
  5. Cieeee ka bram lagi kangen kangenannya ama ka sher๐Ÿ˜✌

    ReplyDelete